Masjid Jami |
Masjid Jami – atau dengan nama lainnya Masjid Jami Sultan Syarif Abdurrahman. Masjid ini menjadi saksi bisu tiap-tiap peristiwa yang terjadi di Pontianak sejak datangnya Rombongan Sultan karena merupakan masjid tertua di Pontianak dan di bangun pada abad ke-18. Salah satu hal menariknya adalah, Masjid ini masih tetap mempertahankan bentuk aslinya walaupun sudah dilakukan beberapa perbaikan.
Lokasi dan Akomodasi
Lokasi dari Masjid Jami berada di persimpangan antara muara Sungai
Kapuas dan Sungai Landak, atau secara administratif berlokasi di Kampung
Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Hanya
berjarak sekitar 200 meter dari masjid ini, terletak Istana Kadriyah.
Untuk menuju lokasi masjid, anda bisa menggunakan beberapa opsi
kendaraan baik kendaraan umum ataupun kendaraan pribadi.
Jika anda ingin menggunakan kendaraan umum, anda bisa menggunakan
angkutan kota dengan jurusan Siantan Hulu ataupun Siantan Hilir yang
berwarna putih. Lalu turun tak jauh setelah anda melewati Jembatan
Kapuas yakni Jalan Perintis Kemerdekaan. Ongkos yang harus anda bayarkan
adalah Rp 2.500,- . setelah anda turun, anda harus menyambung angkutan
berupa ojek dengan ongkos sekitar Rp 4.000,- lalu anda bisa langsung
tiba di Masjid Jami.
Tetapi, jika anda ingin menikmati perjalanan sembari menikmati
indahnya sungai Kapuas, anda bisa naik angkutan air berupa sampan atau
speed boat yang bisa anda temukan di Pelabuhan Seng Hie. Perjalanan juga
tidak terlalu jauh karena hanya berjarak sekitar 150 meter. Ongkos yang
anda keluarkan juga cukup hemat yakni sekitar Rp 5.000,-
Bagi anda yang ingin menggunakan kendaraan sendiri, rute yang harus
anda ambil jika dari Jalan Tanjung Pura yang merupakan salah satu Jalan
Utama di Pusat Kota Pontianak adalah, ambil jalan menuju selatan dan
belok kiri menuju Jalan Perintis Kemerdekaan dan menyebrangi Sungai
Kapuas. Lalu berbelok ke kiri, di belokan ketiga setelah anda menyebrang
jembatan untuk memasuki Jalan Tanjung Raya 1. Sekitar 1 km, lalu
berbelok ke kiri. Tak jauh dari sini anda akan melihat Masjid Jami yang
berada di tepi sungai Kapuas.
Untuk masalah kuliner, anda tidak perlu bingung. Di sekitar masjid
sudah banyak restoran-restoran terapung yang bisa anda nikmati
hidangannya. Serta jika anda ingin membeli oleh-oleh, anda bisa
menemukannya disekitar masjid karena di sekitar masjid ini merupakan
area yang dihuni oleh banyak masyarakat.
Sejarah Singkat
Pada tanggal 23 oktober 1771 Masehi, rombongan Sultan Syarif Abdullah
menemukan sebuah lokasi yang cocok untuk dijadikan pemukiman baru,
dimana lokasinya berada di persimpangan sungai Kapuas kecil dan sungai
landak. Lalu dimulailah pembabatan hutan untuk dijadikan tempat tinggal.
Setelah dilakukan pembabatan, dibangunlah sebuah masjid dan pemukiman
di tempat ini yang lambat laun berkembang menjadi sebuah kota yakni
Pontianak. Pada awalnya masjid ini dibangun dengan atap rumbia dan
menggunakan bahan bangunan berupa kayu. Saat ini, bangunan masjid sudah
direnovasi tetapi tidak meninggalkan bentuk asli dari sejak awal di
bangun.
Wisata
Masjid ini berada di antara perkampungan penduduk di Kampung Beting.
Di bagian depan masjid bisa kita lihat hamparan sungai Kapuas, sehingga
memperindah suasana ketika berada di Masjid ini. Sedangkan di sisi kiri
masjid, anda bisa menemukan pasar ikan tradisional karena lokasi yang
berada di pinggir sungai. Beberapa meter ke arah selatan, berdiri kokoh
Istana Kadriyah yang menjadi pusat pemerintahan pada masa kesultanan.
Masjid Jami, bisa menampung hingga 1500 jema’ah. Masjid ini merupakan
masjid terbesar di Pontianak dengan ukuran 33,27 x 27,74 meter dan 90%
dari bangunan masjid ini terbuat dari kayu belian. Seperti yang dapat
dilihat, bahan lantai, dinding, menara, pagar bahkan bedug yang ada di
Masjid ini terbuat dari kayu belian. Masjid ini ditopang oleh 6 tonggak
besar dengan diameter sekitar 60 cm serta 16 tonggak kecil lainnya yang
menyangga masjid. Tonggak-tonggak tersebut pun terbuat dari kayu belian.
Atap masjid memiliki empat tingkat, bahan atap tersebut saat ini
sudah terbuat dari sirap dan kayu belian yang tipis. Tingkat kedua
masjid dihiasi dengan adanya jendela-jendela kecil serta di tiap sisinya
bisa kita lihat gardu yang berjumlah empat buah. Ada yang
menginterpretasikan bahwa makna dari jumlah gardu ini adalah sahabat
nabi.
Nuansa bergaya eropa juga bisa anda lihat di arsitektur masjid ini
yakni dengan bentuk pintu dan jendelanya yang berukuran besar serta
terdiri dari dua buah daun pintu. Ya, masjid ini memiliki 3 buah pintu
utama yang terletak di depan, dan dua lainnya di sisi kanan dan kiri
masjid. Tak sebatas 3 buah pintu saja, masjid ini juga memiliki 20 pintu
lainnya yang berukuran lebih kecil, tak sampai 2 meter tingginya, belum
lagi banyaknya jendela yang besarnya hampir seukuran dengan pintu.
Bentuk dari atap bagian paling atas, yakni atap keempat juga berbentuk
mirip seperti lonceng, sehingga memberi kesan adanya percampuran
arsitektur bergaya eropa.
Di bawah masjid, dulunya ada kolong yang dengan tinggi 50 cm. Tapi
saat ini sudah di cor dengan semen untuk mengantisipasi pelapukan kayu
karena terkikis oleh air sungai Kapuas, karena lokasi masjid yang
berdiri langsung tepat di atas sungai Kapuas.
Hal yang cukup menarik di masjid ini adalah bentuk dari mimbar yang
mirip dengan geladak kapal yang berhias kaligrafi yang tertulis di dalam
plafon di sisi kiri dan kanannya. Hal ini mencirikan budaya timur yang
berkembang juga pada kebudayaan di masa itu. Warna kuning, tetap
mendominasi isi masjid ini. Karena kseultanan Kadriyah merupakan
kesultanan yang erat dengan budaya melayu. Sedangkan atap plafon dari
masjid, di cat dengan warna hijau.
Tips
1. Jika anda datang dengan angkutan air berupa sampan, sempatkan untuk sedikit mengelilingi pinggiran masjid untuk melihat bangunan ini jika dilihat dari arah sungai Kapuas
2. Ingin merasakan solat di atas perahu? Ketika jema’ah sangat ramai,
terutama saat sholat ied, anda bisa melihat beberapa jema’ah yang solat
di atas perahu sampan.
3. Tetapi bagi anda yang hanya ingin melihat-lihat, datanglah pada
saat sedang tidak berlangsung hari-hari besar Islam agar anda tidak
kesulitan untuk melihat-lihat masjid karena suasana yang ramai.
Cukup jarang masjid tertua di suatu kota yang masih mempertahankan
bentuk aslinya, salah satunya adalah sebuah Masjid tertua yang berada di
kota Pontianak ini, yakni Masjid Jami Syarif Abdurrahman. Selain
melihat keadaan masjid, anda juga bisa menikmati indahnya sungai Kapuas
dan Istana Kadriyah yang hanya berjarak beberapa meter saja. Selain
menikmati wisata sejarah, anda juga mendapati wisata religi dan wisata
alam.
sumber | NN. 2014. Masjid Jami. (Online) http://jalan2.com/city/pontianak/masjid-jami/. Diakses : 20 Juni 2015. |